Minggu, 31 Januari 2010

KANKER SERVIKS

 KANKER SERVIKS (LEHER RAHIM)
Penderita Cervical Cancer (Kanker Leher Rahim) di negara
berkembang mungkin ada jutaan. Di Indonesia sendiri Kanker Serviks merupakan
kanker yang paling banyak menyerang wanita. Diperkirakan dari prevelensi
kanker yang mencapai 100 per 100 ribu orang, 22 persennya adalah penderita
kanker serviks.

Keterlambatan deteksi merupakan penyebab pertama tingginya
kasus kanker leher rahim di semua negara berkembang, termasuk Indonesia.
Maklum penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa terutama pada tahap awal.

Ketika orang mulai sadar ada hal yang aneh dalam tubuhnya
seperti keputihan, bau, pendarahan atau nyeri pinggul, biasanya itu sudah
terlambat. Karena kanker sudah menjalar dalam stadium lanjut.

Ada beberapa tindakan yang dapat diambil guna memperkecil
resiko kanker. Semua orang seharusnya tidak merokok, menghindari sinar
matahari langsung, memakan makanan sehat dan membatasi atau jangan konsumsi
minuman alkohol. Selain itu juga harus mengikuti pemeriksaan masal penyakit
kanker. Upaya lain seperti memperlihatkan peraturan keselematan ditempat
kerja jika berhadapan dengan bajan kimia, radiasi dan bahaya lain yang dapat
meningkatkan resiko terkena kanker.

Semakin dini kenker di daignosa dan dirawat, semakin besar
peluang sembuhnya. Penyinaran berguna untuk mendeteksi beberapa kenker,
namun orang masih harus waspada terhadap gejala-gejalanya kerena kanker
mungkin timbil diantara penyinaran. Setiap orang harus mencatat tanda-tanda
peringatan awal kanker yang tidak bisa disinar.

Gejala-gejala berikut membutuhkan perhatian seperti :
* Perubahan pada kebiasaan buang air kecil dan besar
* Sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh
* Pendarahan yang tidak biasa
* Benjolan pada dada atau tempat lain
* Gangguan pencernaan atau kesulitan menelan
* Perubahan pada kulit atau tahi lalat
* Batuk yang membandel atau SERAK.

Pemicu utama kanker leher rahim adalah Human Papilloma Virus
(HPV) yang ditemukan pada hampir semua wanita yang mempunyai kenker serviks.
Walau demikian umumnya wanita yang mempunyai virus itu tidak pernah
berkembang menjadi penyakit.

Para wanita dengan tingkat HPV yang tinggi mempunyai resiko
jauh lebih besar untuk terkena kanker seviks dibandingkan dengan mereka yang
mempunyai sedikit HPV atau tidak terinfeksi.
Dalam dua penelitian terpisah yang dilakukan oleh Uppsala
University dan Karolinska Institute, Stockholm Swedia, baru-baru ini melihat
pada ratusan pemeriksaan PAP SMEAR memperkirakan tingkat dari HPV 16 DNA
sebagai indikator yang berguna dari penyakit ini.
Pada penelitian pertama dari 3.835 PAP SMEAR, wanita dengan
jumlah virus 20% paling tinggi mempunyai 60 kali resiko mengalamai kanker
mulut rahim dibanding dengan wanita tanpa HPV 16DNA. Sedangkan penelitian
kedua menemukan bahwa kandungan virus HPV tetap tinggi selama 13 tahun atau
lebih sebelum diagnosa dan bahkan ketika tes PAP SMEAR-nya normal.
Para wanita dengan HPV nya tinggi paling sedikit 30 kali
lebih cenderung beresiko mengidap penyakit kanker mulut rahim dibanding
dengan wanita yang HPV 16 nya negatif.

Tampaknya wanita yang mempunyai kandungan virus tinggi
sebelum usia 25 tahun harus lebih berhati-hati. Menurut laporan Lancet
Medical Journal, mereka bisa saja mendapat kanker mulut rahim dalam waktu 15
tahun. Hingga saat ini belum ada vaksin untuk melawan virus HPV dan belum
ada pengobatannya. Namun displasia mulut rahim, kondisi prakanker yang dapat
diteksi lewat pap smear dapat diobati.

Para peneliti juga mengatakan jika anda dapat mendeteksi
infeksi virus ini pada stadium awal. Anda seharusnya dapat mengurangi
infeksi virus tadi dan dapat mengurangi resiko dari tumor akhir.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa para wanita dengan
tingkat infeksi virus yang rendah beresiko sangat rendah untuk mengalami
kanker mulut rahim dalam waktu 10 tahun" ujar Agnetha Josefsson dari Uppsala
University.

Hal ini bisa berarti harus melalui tes yang berulang. Bukan
hanya rujukan ke seorang spesialis sudah mencukupi untuk wanita dengan
tingkat virus yang rendah ini. Atau juga melakukan screening sekali dalam 10
tahun sudah cukup bagi wanita yang tidak terinfeksi.

PENANGGULANGAN
* Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim dilakukan dengan cara
pembedahan, dimana dilakukan pengangkatan rahim indung telur beserta
kelenjar-kelenjar disekitarnya. Teknik ini disebut dengan istilah
HISTEREKTOMI RADIKAL.
* Bila diperlukan tindakan pembedahan juga dapat dilanjutkan dengan
kemoterapi (obat pemusnah sel kanker)
* Penyinaran ( radiasi dengan sinar radioaktif)
* Pada stadium yang sudah lanjut, tindakan pembedahan umumnya tidak
mungkin dilakukan optimal, karena beresiko terjadinya cedera pada
organ-organ lain disekitar rahim.
* Bagi penderita yang sedang melakukan terapi, jauhi stres, tingkatkan
daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Jalankan pola
hidup sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar