Jumat, 12 Maret 2010

BERPACARAN daN Dampak + HUKUMnya

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih.(wikipedia)

Dari mana datangnya lintah Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta Dari mata turun ke hati !!
Demikian pantun klasik yang terkenal dan sering dilantunkan oleh masyarakat umum di Indonesia. Jika kita uji standar kritik dan ideologinya, pantun itu menyimpan semangat romantisme. Ia semata-mata lahir dari ideologi kehidupan materialis, dominasi murni perasaan serta pergaulan yang tidak disentuh moral dan bimbingan agama.
Pantun di atas merupakan pantun cinta antara dua jenis manusia, hubungan kasih yang terjalin dari pergaulan yang tidak membawa etika agama; cinta birahi yang lahir dari kelemahan iman, jiwa dan akal sehat. Cinta yang menderu dari pesona syahwani dan nafsu binatang, yaitu cinta yang diikat oleh sebuah jalinan yang kemudian dikenal dengan istilah PACARAN.
Seperti yang dilantunkan dalam syair Arab:
Pandangan, senyuman, kemudian salam
Bicara, janjian, kemudian bertemu
Pacaran berasal dari kata pacar. Secara etimologi pacar adalah nama pohon kecil atau inai yang daunnya biasa dipakai sebagai pewarna kuku dua pengantin yang tengah duduk bersanding bahagia, sehingga kemudian kata pacar secara semantis dalam kontek situasi tertentu telah dipakai untuk menyebut setiap dua jenis laki-laki dan wanita yang duduk bersanding berduaan dan berkasih-kasihan.
Akhirnya secara terminologi dalam persepsi sosial kata pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan cinta kasih, dan kata pacaran, berpacaran berarti bercintaan (cumbuan); berkasih-kasihan, contoh; Di tempat-tempat hiburan banyak yang bersenang-senang sambil berpacaran.
Kebanyakan orang muda sebelum melangsungkan perkawinan biasanya “berpacaran” terlebih dahulu. Hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya.
Adanya anggapan seperti ini, kemudian melahirkan konsensus bersama antar berbagai pihak untuk menganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak dapat dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis, terjadi pandang memandang, saling berpegangan, sentuh menyentuh, dan menjurus kepada perbuatan haram lainnya yang mendekati kepada zina, yang sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syariat Islam.
Allah swt berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. QS. 17:32.
Istilah pacaran seperti yang dikenal orang selama ini adalah cinta bebas; hubungan antara laki-laki dengan wanita tanpa ikatan yang sah hanya berdasar pada kesukaan dan selera nafsu yang rendah, atau kisah dua sejoli yang hanya sekedar menjalin hubungan kasih, untuk fun dan menjurus pada kemaksiatan. Yang dilakukan orang pacaran biasanya itu hanya mengobrol –terkadang- tak tentu arah, sering-sering menelepon pacarnya, ada yang suka pergi berduaan di tempat sunyi berlama-lama dan lain-lain.
Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan (bersunyi-sunyi) dengan seorang wanita, melainkan dengan mahramnya”. (HR. Bukhari).
Jika demikian, tidak dapat dielakkan lagi bahwa pacaran adalah hubungan haram yang tidak mendapat legalitas dan keridlaan syariat Islam, sehingga hanya orang-orang dungu, bodoh dan keras hatilah yang mengernyitkan dahi kebingungan mendengar hukum haram ini; karena ia masih penasaran berusaha membela dengan memutar-balikkan dalil-dalil agama dan fakta, bahwa pacaran adalah cinta murni dan tangga awal menuju fase melamar dan kemudian memasuki pintu rumah tangga.
Sebab jika yang dimaksud “pacaran” itu sebagai instrumen untuk mengenal calon pendamping lebih jauh, dengan catatan batasan-batasan syar’i harus dijaga, maka itu tidak masuk ke dalam kategori pacaran. Dalam hal ini Islam memiliki istilah sendiri yaitu; ta’aruf sebelum pernikahan. Tujuan ta’aruf disini hanya sebatas untuk mengenal karakter calon pasangan, bukan untuk “having fun together”.
Pergi berduaan tanpa ditemani mahram atau keluarga, ini jelas melanggar moral dan anjuran Rasulullah saw karena kita tidak tahu apa yang dapat dan mungkin terjadi. Ketentuan ini harus tetap berlaku meskipun sudah dalam proses menuju pernikahan. Selama pernikahan belum terlaksana, “si dia” tetaplah non mahram. Batasan-batasan syariat juga harus tetap dijaga.
Didalam sebuah hadis shahih Rasulullah saw. menegaskan:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah sekali-kali berduaan dengan seorang wanita yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya adalah syaitan”. HR. Ahmad
Mereka lupa, tidak baca atau tidak faham, atau memang ndableg bahwa Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, bahwa di sana ada seabrek cara, tradisi dan kiat yang digelar oleh Islam dengan dalil-dalil yang valid tentang bagaimana cara mudah menuju ke ambang perkawinan yang Islami dan etika mencintai calon isteri yang bahkan sebagian besar telah diperagakan langsung (ditauladani) oleh Rasulullah saw sendiri bersama para sahabatnya dalam kehidupan mereka.
Dan apakah mereka buta dan tuli bahwa kebiasaan buruk dan keji itu lahir dari kecendrungan jahiliyah. Sebuah tatanan hidup yang dibentuk dari hawa nafsu setan dan binatang serta hukum yang jauh, bertentangan dan menjadi lawan hidayah, kebenaran, kebersihan serta akal sehat.
Allah swt berfirman:
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”. QS. 5: 50.
Pacaran bukan jalan yang sah, bahkan sebuah penyelewengan moral, sebab emosi itu bukan lahir dari cinta suci. Ia lebih terbentuk dari rasa pesona birahi yang tumbuh dari miliu dan tradisi jahiliyah, serangan tertarik spontan plus irrasional yang muncul dari nafsu binatang yang tersimpan dalam diri manusia dan tumbuh dari longsoran iman. Kemudian dengan emosi tersebut kedua jenis itu melakukan hubungan kasih-sayang syahwani.
Sebenarnya jika setiap laki-laki dan wanita muslim bujang memperhatikan secara teliti dan jernih tradisi dan kebiasaan mencari calon pasangan hidup yang bahagia dengan jalan pacaran, ia akan memahami bahwa hubungan sebelum menikah seperti itu justru akan menjadi racun kebahagiaan rumah tangga kelak dan bahkan sebagai penghambat berdirinya rumah tangga Islam yang bersih. Sebab rumah tangga dalam Islam berfungsi sebagai pemelihara iman, ibadah, moral (akhlak), prilaku serta tradisi mulia dan ideal lainnya.
Sedang pacaran adalah bibit kemunafikan, keegoisan dan antitesis dari keinsyafan. Ia bukan hubungan cinta mulia, karena pacaran lahir dari nafsu tertarik terhadap karakter nilai materialis tertentu dari kedua belah pihak. Makanya kedua jenis itu cenderung menampilkan sikap munafik. Mereka senantiasa menunjukkan hal-hal menarik, sempurna dan satria, walau seabrek kekurangan, kedustaan, keburukan dan ketololan yang ada pada pribadinya.
Rasulullah saw bersabda:
“Mukmin itu adalah seorang yang lugu (tidak pandai melakukan keburukan) lagi mulia, sedang orang yang fajir (munafiq) adalah penipu (pandai melakukan kebejatan) yang rendah”. HR. Ahmad.
Mereka saling menutup-nutupi dengan kedustaan dan kemunafikan. Padahal jika mereka telah menjadi suami-isteri kelak, tidak ada lagi yang dapat tersembunyi. Semua akan nampak walau yang terselip di ketiak dan akhirnya pengertian palsu yang dipertahankan selama itu akan berubah menjadi sebuah tuntutan perhatian dan kecurigaan buta dari keduanya. Bahkan naifnya tujuan pacaran untuk mengenal betul sifat dan pribadinya malah justru ‘kebelangan’ dan ‘kebengalan’ yang di dapat.
Dampak yang paling berbahaya ketika kemudian keduanya menjadi suami isteri adalah kondisi jiwa yang sangat lemah untuk membangun kebersihan dan kepercayaan dalam membina rumah tangga bahagia dan Islami, sebab sebelumnya mereka telah sama-sama mengotori diri dan mencemarkan kewibawaan masing-masing.
DAMPAK PACARAN
Orang yang berakal sehat tidak akan menerima kebaikan, kenikmatan dan kebahagiaan yang diakhiri atau yang memiliki konsekwensi penderitaan dan penyesalan. Berapa banyak pemuda-pemudi yang tolol terpedaya oleh kata-kata dan nyanyian-nyanyian yang memperindah kebatilan serta melalaikan hak dan kebenaran. Seperti, “nikmatilah masa muda sebelum besok mati”, “mari kita puaskan masa muda kita” dan “beginilah anak muda”. Serta seabrek kata-kata lain yang diucapkan oleh orang-orang yang jauh dari kesuburan spiritual, dungu dan ghafil.
Ada beberapa penderitaan yang dialami para bujangan dan gadis sebagai dampak dari kesalahan konsep pergaulan, interaksi antara lain jenis dan penyelewengan jalan menuju jalinan kasih, perkawinan dan lain-lain. Derita itu mirip seperti manusia yang mendapat siksa di neraka, setelah dilanda derita dan tersiksa, kemudian ditimpa derita demi derita, berulang-ulang, bodoh, dungu dan tidak dapat mengambil pelajaran serta hikmah sama sekali.
Beberapa abad yang lalu Majnun Laila telah menyenandungkan duka laranya karena cinta:
Aku merasakan cinta itu api yang menyala
dan hati para pemabuk cintalah bahan bakarnya
Jika hati itu telah terbakar maka hancur luluh. namun setelah hangus hati itu kembali pulih
Seperti ahli neraka ketika kulitnya telah matang. Kembali lagi kulit mereka siap merasakan derita
A. Penderitaan dunia
A.1. Kekacauan pikiran, dan kelemahan konsentrasi.
Derita ini banyak menimpa jiwa anak muda. Contoh kasus ini banyak sekali; seorang gadis yang sebelumnya ber-IQ tinggi dan cerdas, namun tiba-tiba menurun prestasinya. Ketika ditanyakan sebabnya, dengan malu-malu ia mengaku jujur bahwa semua ini terjadi setelah seorang pemuda tampan tetangga sebelah mencintai dan menawarkan hubungan pacaran. Kasus seperti ini banyak terjadi pada siswa-siswi sekolah menengah.
Bahkan derita ini menimpanya, meskipun ia tengah melakukan shalat dan berdo’a kepada Allah Swt. Telah dilantunkan oleh Qais dalam syairnya:
Apabila shalat aku melihat diriku menghadap ke arahnya meskipun di belakangku ada orang yang shalat
Tidaklah aku syirik kepada-Mu, namun cintanya dan keagungan rasa cinta itu telah sulit diobati dokter
Aku putus asa, atau ditimpa sakit gila kasmaran. maka hati-hatilah jangan sampai engkau seperti aku.
Margaret Smith, seorang dosen di Barat, telah membuat statement bahwa lebih dari 60% mahasiswi gugur dalam ujian disebabkan mereka dilanda pikiran cinta birahi dan seksual daripada memikirkan mata pelajaran, bahkan masa depannya. Demikian halnya dengan para pemuda. Argumentasi bahwa pacaran dapat menjadi stimulan belajar sangat lemah, baik secara rasio dan angka-angka statistik, apalagi bagi yang ingin menjaga kesucian hati dan bashirah.
A.2. Pencemaran nama baik.
Hal ini merupakan sebuah kecacatan sosial -kaitannya dengan pacaran-, khususnya para gadis, dimana para pemuda yang bermoral bejat sering membual, bercerita -dengan detail- tentang teman gadis dan pacarnya, bahkan terkadang dikemas dalam kisah-kisah dusta. Banyak sekali kasus pencemaran nama baik gadis yang dilakukan oleh pacar sendiri, terlebih terhadap gadis-gadis ‘slengean’, ‘matre’, tolol dan ‘gampangan’. Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang dapat diharapkan kebaikannya dan aman (tidak dikhawatirkan) keburukannya, sedang orang yang buruk di antara kalian (pencari dosa) adalah seorang yang kebaikannya tidak dapat diharapkan serta tidak aman keburukannya”. HR. Ahmad, Ibnu Hibaan dan At-Tirmidzi
A.3. Kepedihan, kegelisahan, kekacauan mental, kebingungan, keputus-asaan dan gangguan kesehatan.
Naluri jika tidak disalurkan dan dikalahkan, ia akan menjadi seperti api yang membakar si pemiliknya sebelum membakar orang lain. Kalau di Barat, penderitaan semacam ini bukan barang langka. Setiap hari kita dapat membaca di surat kabar; seorang gadis mengeluh, bahwa setiap saat ia selalu berpikir ingin bunuh diri karena naluri seksnya telah membakar dirinya, seperti peluru menembus dan mematikan tubuh. Sebab nafsu setan tidak akan puas.
Sejak dahulu telah disenandungkan kegelisahan ini dalam syair cinta birahi:
Hampir saja Qais betul-betul menceburkan diri dan mencampakan dirinya dari ketinggian gunung.
Jelaslah bahwa cinta bagi seseorang itu pembunuh, Ia memperlakukan orang sekehendaknya.
Lalu meminuminya anggur kematian sebelum waktunya. dan menggiringnya ke kuburan sebelum matinya.
A.4. kehinaan, kerendahan dan melemahnya kejantanan serta identitas diri.
Semua itu karena di mabuk cinta birahi, cinta kotor yang mengotori pemiliknya. Penyairpun telah melantunkan kehinaannya karena cinta.
Semua jalan menuju wanita (cinta) adalah kematian Namun tidak ada jalan untuk membunuh wanita
Andaikan di dunia ini tak ada cinta tidaklah hina si pemabuknya. Namun kemuliaan para pemabuk itu adalah kehinaan
A.5. Kesulitan bertaubat dan sering mengecoh, mengutuk serta mengucapkan kata-kata syirik dan fasik.
Seperti: “Wahai kasih, kaulah segalanya bagi hidupku”, “Tanpamu hidup ini rasanya suram”, “Mengapa Tuhan tega membiarkanku begini”, dan ucapan-ucapan bodoh dan hilang akal lainnya.
Sama halnya dengan syair yang dilantunkan Majnun dahulu:
Aku bertaubat pada-MU Ya Tuhan dari segala yang aku lakukan, karena banyak dosa-dosa itu.
Adapun dari cintaku pada Laila dan kerinduan menjumpainya, aku tidak mau bertaubat.
A.6. Tindakan kriminal di kalangan kawula muda.
Salah satu motif dari tersebarnya tindakan kriminal dan kejahatan adalah pergaulan bebas dan pacaran. Terutama hilangnya unsur kepercayaan diri baik dalam urusan agama dan dunia.
B. Penderitaan Akhirat
Bahaya, malapetaka dan penderitaan akhirat, adalah buah maksiat yang akan dipetiknya kelak. Di hari itu tidak berguna sama sekali penyesalan atas segala perbuatan dan tindakan melampaui batas. Wal-’iyadzubillah..
Imam Ibnul-Qayim telah menuturkan bahaya cinta birahi itu di dunia dan akhirat:
1. Lalai dari dzikir, mengingat Allah Swt, sebab asyik dengan cintanya kepada makhluk
2. Hati si pemabuk cinta akan tersiksa.
3. Hati si pemabuk cinta terperangkap ke dalam genggaman orang lain yang membawanya kepada kehinaan, namun ia tidak merasa karena kepayang cinta. Hatinya seperi burung pipit di tangan anak kecil.
4. Lalai terhadap segala kemaslahatan agama dan dunianya.
5. Petaka cinta birahi di dunia dan akhirat itu lebih cepat dari api membakar kayu kering. Sebab jika hati sudah sangat kasmaran, maka ia jauh dari Allah Swt, dan jika sudah jauh dari Allah swt, maka petaka telah menyongsongnya serta syetan telah menguasainya dari berbagai arah.
6. Cinta birahi jika telah menguasai hati, lalu merusak akal sehat, dapat mendorong pemiliknya untuk berbuat buruk seperti orang-orang pendosa.
7. Merusak panca indra, apakah secara moralis atau organis. Moral itu mengikuti keberadaan hati. Jika hati baik, baik pula seluruh panca indra, demikian sebaliknya jika buruk, buruklah semua panca indra serta aktifitasnya.
8. Si pemabuk cinta telah berlebihan dalam percintaan birahi, ia selalu mengingat kekasihnya, sering mengkhayal dan berlama-lama memikirkannya. Saat itu, kekuatan manusia menjadi rusak, kemudian perbuatan, sifat dan tujuan-tujuannya menjadi timpang.
9. Menzalimi orang yang dicintai dengan mencemarkan nama baiknya, terlebih jika ia mengunakan sihir, magic asihan syirik. Ia menundukan wanita dengan menggunakan kekuatan setan demi memenuhi keinginan setan. Maka dapat dikatakan bahwa cinta birahi dapat membawa orang kepada kekafiran.
Cukuplah Al-Qur’an sebagai pedoman dasar hidup ini dan dalil untuk semua musibah tersebut. Firman Allah Swt tentang orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan Ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”. QS. 45:23.
Simak juga sebuah bait syair yang indah dan mengandung hikmah serta dapat dijadikan pegangan.
Engkau menjadi korban karena orang-orang yang engkau cintai. Maka pilihlahlah yang terbaik untuk dirimu dalam bercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar